April 06, 2014

Benang Merah

*di waktu indonesia bagian kamarku, kenangan-kenangan itu seperti mozaik tak beraturan.*
Gelombang udara tak sengaja membiarkan matamu menusuk kedalam retinaku.
Lalu otakku terlalu naif untuk segera memberikan perintah : "berkedip!"
Seperti ada ratusan kupu-kupu liar mengepakkan sayap di perutku, aku mual berlama-lama dalam situasi seperti itu.
-tapi diam-diam aku mengagumi teduh matamu-
Adapula saat jemarimu memiliki energi potensial yang cukup tinggi untuk jatuh tak jauh dari lenganku, atau bahkan tepat diatasnya.
Saat itu terjadi, seperti ada energi panas mengalir dari ujung rambut hingga ujung kakiku, rasanya menggelikan, seperti tersengat listrik bertegangan sangat rendah.
-tapi diam-diam aku menikmati lembut jemarimu-
Itu hanya beberapa kasus yang sering terjadi pada syaraf-syaraf motorik di tubuhku,

-apa mungkin begitupun kamu?-
tapi tak pentinglah aku jabarkan satu per satu.
-nanti jatuhnya rindu-
benang merahnya :
"bagaimana aku mampu melupakanmu? jika dengan terpejam saja aku mendapati (ingatan tentang) ragaku yang (sempat) terlelap dibahumu?"
atau...
"bagaimana aku mampu tak jatuh hati? jika dengan bernafas saja wangi parfummu memenuhi paru-paruku, sedikit membuatku sesak. apalagi mengingat kau yang tak acuh."
atau...
"bagaimana aku bisa menganggap kau dan aku tak pernah terlibat dalam kasus jalan berdua melewati batas kota, sementara dadaku selalu berdegup kencang saat mendapati memori tentang siluet tubuhku berada di jarak terdekat denganmu?"
Demi tuhan semesta alam, separuh dari akal sehatku berfikir kau *sometext missing*

No comments:

Post a Comment