April 10, 2014

Benang Merah II

Separuh dari akal sehatku berfikir kau...
Ah, aku lupa. Saat memikirkanmu aku merasa kehilangan akal sehatku. Gila? Bukan. Aku bilang "separuh" jadi masih ada sisa akal sehatku yang dengan sadar mengeja namamu.
Sebelum otakku bosan akan senyummu, tatapanmu, tutur katamu, dan segala hal tentang kamu, ada baiknya aku sudahi imaji hari ini.
Tapi...
Hati masih saja tak mau memberikan kerjasama untuk (sejenak) melupakanmu.
Apalagi dibantu airmata tuhan yang menawarkan kesempatan "bersenang-senang dengan kenangan."




****

April 06, 2014

Benang Merah

*di waktu indonesia bagian kamarku, kenangan-kenangan itu seperti mozaik tak beraturan.*
Gelombang udara tak sengaja membiarkan matamu menusuk kedalam retinaku.
Lalu otakku terlalu naif untuk segera memberikan perintah : "berkedip!"
Seperti ada ratusan kupu-kupu liar mengepakkan sayap di perutku, aku mual berlama-lama dalam situasi seperti itu.
-tapi diam-diam aku mengagumi teduh matamu-
Adapula saat jemarimu memiliki energi potensial yang cukup tinggi untuk jatuh tak jauh dari lenganku, atau bahkan tepat diatasnya.
Saat itu terjadi, seperti ada energi panas mengalir dari ujung rambut hingga ujung kakiku, rasanya menggelikan, seperti tersengat listrik bertegangan sangat rendah.
-tapi diam-diam aku menikmati lembut jemarimu-
Itu hanya beberapa kasus yang sering terjadi pada syaraf-syaraf motorik di tubuhku,