Kala itu, dari sini, akhir januari tampak lembab. Aku terjembab di ujung kalimat :
"Bahagiamu mahal sekali, sampai langit harus menangis."
Aku sempat berkerut kening, hingga :
Bahkan jika benar-benar mahal, bukankah bahagia itu sederhana?
Sederhana, sesuai selera.
Lantas, boleh aku berbisik : mungkin seleraku memang mahal?!
No comments:
Post a Comment